Jadi, kemarin ada cerita viral yang bikin banyak orang kaget dan sedih: seorang anak kelas 2 SD bilang, “Cowok nggak boleh nangis. Kata guruku, yang boleh nangis cuma cewek.” Wah, ini sih bukan cuma salah kaprah, tapi juga contoh nyata dari toxic masculinity. Nggak nyangka, kan, di era modern kayak sekarang, pemikiran kayak gitu masih ada?
Nah, sebelum lanjut, yuk kita bahas dulu apa itu toxic masculinity. Sederhananya, ini adalah konsep yang bikin laki-laki dipaksa buat selalu tampil kuat, tegas, dan nggak boleh menunjukkan emosi seperti sedih atau nangis. Seolah-olah, cowok yang nangis itu langsung dianggap lemah atau "nggak jantan."
Kenapa Konsep Ini Masih Ada?
Banyak orang nggak sadar bahwa toxic masculinity sudah terlanjur jadi norma sosial yang dianggap biasa. Pikir deh, sejak kecil, banyak anak laki-laki yang dibilangin, “Cowok nggak boleh cengeng!” atau “Jangan nangis, nanti kamu kayak cewek.” Padahal, menangis adalah salah satu cara tubuh kita buat melepaskan emosi yang menumpuk. Menahan emosi justru bisa bikin stress dan depresi!
Jadi, bisa dibilang, toxic masculinity nggak cuma bikin laki-laki sulit buat jujur sama perasaannya, tapi juga menekan kesehatan mental mereka. Ini bukan masalah remeh, lho. Kalau terus-terusan dipendam, siapa yang tahu kapan emosi itu meledak? Bisa-bisa malah berujung ke perilaku agresif atau depresi yang lebih serius. ?
Menangis Itu Normal!
Coba pikir lagi, kenapa menangis dianggap hal yang memalukan bagi cowok? Kenapa kalau cewek nangis, itu normal, tapi kalau cowok nangis langsung jadi bahan ejekan?
Di sini pentingnya kita semua buat ngubah mindset. Menangis itu nggak ada hubungannya sama kekuatan atau kelemahan, kok. Justru, cowok yang berani nangis adalah mereka yang cukup kuat buat menghadapi perasaannya. Jadi, mari mulai dari diri kita sendiri untuk nggak nge-judge atau nge-shame laki-laki yang menunjukkan emosi mereka. Kuat bukan berarti selalu tampak tangguh, tapi tentang punya keberanian buat jujur sama diri sendiri dan orang lain. ?
Bagaimana Menghadapi Toxic Masculinity?
Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil buat mengurangi dampak buruk toxic masculinity di sekitar kita:
-
Beri Ruang Buat Ekspresi Emosi: Yuk, mulai dengan berhenti nge-judge. Kalau ada teman atau saudara cowok yang lagi sedih, biarkan mereka mengekspresikan perasaan tanpa takut dibilang lemah. Mereka butuh dukungan, bukan cemoohan.
-
Ubah Narasi Tentang Kuat dan Lemah: Kuat bukan tentang nggak nangis, tapi tentang bagaimana kita menghadapi emosi. Ayo bantu sebarkan pesan bahwa cowok yang berani jujur sama perasaannya justru menunjukkan kekuatan mental yang besar.
-
Dukung Kesehatan Mental Pria: Kampanye kesehatan mental nggak cuma buat cewek, tapi juga buat cowok. Beri dukungan dengan membicarakan pentingnya kesehatan mental bagi semua orang, tanpa terkecuali.
Kesimpulan: Jangan Pernah Takut Menangis, Itu Bagian dari Kemanusiaan
Kita semua adalah manusia, dan sebagai manusia, wajar banget buat sedih dan nangis. Nggak peduli kamu cowok atau cewek, menangis adalah bentuk paling alami dari pelepasan emosi. Jangan pernah takut buat mengekspresikan perasaan, dan jangan biarkan toxic masculinity membatasi hakmu untuk menjadi manusia seutuhnya.
Di era sekarang, mari kita berkontribusi buat ngubah pola pikir ini, mulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat. Karena pada akhirnya, cowok juga butuh ruang buat nangis dan itu nggak bikin mereka jadi lemah—justru sebaliknya.