Pernah nggak sih kamu tiba-tiba merasa lelah secara mental cuma karena buka Instagram? Lihat story orang lain yang liburan, makan di tempat fancy, atau sekadar pamer momen bahagia, dan kamu malah ngerasa hidupmu flat banget? Nah, ternyata fenomena ini nggak cuma kamu yang ngalamin. Baru-baru ini, aku nemu tweet dari seseorang yang curhat tentang kenapa dia punya dua akun Instagram.
Dia cerita, seringnya dia lebih nyaman pakai akun kedua karena setiap kali buka akun yang pertama, dalam waktu lima menit aja, rasanya kayak “ngos-ngosan”. Story orang-orang di sana bikin dia ngerasa tersiksa batin. Padahal, Instagram seharusnya jadi tempat yang fun, kan?
Jadi, kenapa ya orang sampai merasa perlu punya akun kedua hanya untuk melarikan diri dari tekanan di akun utama? Dan apa sebenarnya yang terjadi di balik fenomena ini? Mari kita bongkar lebih dalam.
Media Sosial: Antara Hiburan dan Perbandingan Sosial
Kita semua tahu Instagram tuh kayak panggung besar, tempat orang memamerkan sisi terbaik hidup mereka. Masalahnya, kita sering lupa bahwa apa yang kita lihat di sana itu cuma highlight. Orang hanya memposting momen terbaik, sedangkan kita cenderung membandingkannya dengan seluruh kehidupan kita—yang jelas-jelas nggak selalu mulus. Setiap kali kita buka Instagram dan lihat teman atau influencer yang kelihatannya selalu happy, ada rasa nggak nyaman yang muncul. Itu bikin kita bertanya, "Kok hidup gue gini-gini aja, ya?"
Nah, buat yang sering merasa kayak gitu, mungkin akun kedua jadi tempat di mana mereka bisa lebih santai tanpa harus terjebak dalam perbandingan sosial. Di akun kedua, mereka nggak harus pamer kebahagiaan palsu atau khawatir nggak dapat likes. Mereka bisa bebas jadi diri sendiri tanpa beban.
Kenapa Akun Kedua? Tempat Bernafas dari Tekanan Sosial
Akun kedua sering jadi tempat pelarian untuk kita yang ngerasa lelah dengan ekspektasi sosial di akun utama. Akun pertama biasanya penuh dengan teman-teman, kolega, atau bahkan keluarga—yang, jujur aja, bisa bikin kita merasa harus tampil "sempurna". Di sini tekanan untuk tampil keren, liburan ke tempat mewah, atau makan di restoran mahal itu nyata banget. Bahkan, nggak jarang kita merasa terbebani untuk memposting sesuatu yang Instagrammable.
Tapi di akun kedua? Beda cerita. Di sana, kita bisa lebih bebas. Bisa nge-post apapun, tanpa takut di-judge, tanpa ekspektasi harus keren atau bahagia setiap saat. Akun kedua jadi semacam safe zone di dunia maya, tempat di mana kamu nggak harus merasa "kurang" dibanding orang lain.
Perbandingan Sosial yang Bikin Capek Mental
Ada istilah namanya perbandingan sosial. Ini terjadi ketika kita secara nggak sadar (atau kadang sadar banget) mulai membandingkan hidup kita dengan apa yang kita lihat di media sosial. Dan ini bukan sekadar isapan jempol. Penelitian sudah menunjukkan kalau perbandingan sosial ini bisa berdampak buruk buat kesehatan mental kita. Semakin sering kita ngelihat momen bahagia orang lain, semakin besar kemungkinan kita merasa nggak puas dengan hidup kita sendiri.
Bukan berarti hidup kita buruk, tapi kita hanya nggak melihat momen-momen di balik layar dari hidup orang lain. Mereka mungkin aja punya hari-hari buruk, tapi itu nggak diposting di Instagram, kan?
Apakah Solusi Sebenarnya Akun Kedua atau Cara Pandang?
Punya akun kedua mungkin bisa jadi solusi sementara untuk mengurangi kecemasan saat menggunakan media sosial. Tapi, kalau kita terus-terusan merasa perlu lari dari akun utama, mungkin yang sebenarnya kita butuhkan adalah mengubah cara pandang kita terhadap media sosial.
Instagram hanyalah tempat buat berbagi momen-momen terbaik, dan itu nggak mencerminkan seluruh hidup seseorang. Jadi, daripada terus membandingkan diri dengan apa yang kita lihat di layar, kita bisa mulai fokus pada apa yang membuat kita bahagia di dunia nyata.
Bagaimana Caramu Mengatasi Ini?
Setelah membaca ini, gimana menurut kamu? Apakah kamu juga pernah ngerasa terjebak dalam perbandingan sosial gara-gara Instagram? Atau mungkin kamu salah satu yang punya akun kedua buat pelarian? Yuk, share pengalaman kamu di kolom komentar! Siapa tahu, kita bisa sama-sama belajar buat lebih sehat secara mental saat menggunakan media sosial.
Referensi: https://x.com/tanyarlfes/status/1850763197248164235